Sabtu, 06 September 2014

Keju tertua berusia 3.600 tahun ada di China

Produk keju yang diklaim sebagai keju tertua di dunia ternyata bukan berada di Italia atau Prancis, tetapi di China. Keju berusia 3.600 tahun ini ditemukan di China, tepatnya pada mumi berusia ribuan tahun yang ditemukan di Gurun Taklamakan. Menurut CNN Travel keju tersebut ditemukan oleh para peneliti asal Jerman, dikuburkan bersama mumi yang ditempatkan dalam sebuah perahu kayu. Mumi tersebut diperkirakan beasal dari peradaban Zaman Perunggu, antara tahun 3.000 SM dan 450 SM.

Keju tersebut terbuat dari susu kental berwarna kuning yang teksturnya menyerupai susu kefir dari India, ragi, dan bakteri yang biasa ditemui pada keju cottage. Berkat proses mumifikasi dan tempat penguburan jasad yang tertutup rapat, keju tersebut jadi awet bahkan setelah ribuan tahun.

rwer
Photo by Livescience.com

Tak diketahui kenapa keju tersebut bisa berada di makam mumi, karena pada zaman perunggu seharunya manusia belum mengenal teknik pembuatan keju. Tetapi menurut salah satu peneliti, Andrej Shevchenko kemungkinan besar keju tersebut merupakan sejenis makanan yang biasa dikuburkan bersama jenazah. Seperti halnya mumi Firaun di Mesir yang dibekali berbagai barang kebutuhan, keju ini kemungkinan besar juga berfungsi sebagai perbekalan untuk kehidupan setelah mati yang akan dijalani si pemilik jenazah.

Anggur pelangi, nyata atau rekayasa foto belaka?

Beberapa waktu lalu foto-foto anggur berwarna-warni yang beredar di internet sempat menghebohkan dan mengundang tanda tanya. Pasalnya warna-warni anggur-anggur tersebut terlalu aneh hingga terkesan tidak nyata. Akibatnya foto-foto tersebut dituduh sebagai hasil rekayasa.

Anda mungkin sudah pernah mendengar tentang jagung mutiara yang juga berwarna-warni seperti pelangi. Jagung-jagung itu benar-benar nyata. merupakan hasil hibridasi dari berbagai varian jagung dan benihnya pun dijual bebas. Tetapi apakah anggur berwarna-warni ini juga nyata?

Jawabannya ya dan tidak. Anggur yang memiliki buah berwarna-warni memang ada, tetapi sebenarnya itu hanya anggur biasa yang sedang dalam tahap pematangan. Dalam dunia sommelier (minuman olahan anggur) anggur seperti ini sedang berada dalam tahap Veraison, atau 'pematangan awal'. Saat itu anggur masih belum matang sempurna, jadi masing-masing buah memiliki warna yang berbeda.

Hal ini ditegaskan oleh Larry Stone, master sommelier dan pemilik restoran seperti dikutip Oddity Central. "Ketika melalui tahap Veraison, jika anggur putih warnanya akan berubah dari nuansa hijau tua hinga hijau kekuningan. Jika anggur merah cenderung berwarna hijau hingga merah." Tetapi ketika anggur sudah matang sepenuhnya, pada akhirnya semua akan memiliki warna yang sama. Seperti inilah nuansa warna anggur pelangi yang asli.


tryrt 

rtre
Photo by Oddity Central

Sementara foto-foto anggur pelangi dengan nuansa warna kontras, mulai dari biru cerah, hijau neon, hingga ungu terang yang beredar selama ini adalah hasil rekayasa. Beberapa foto itu merupakan kontestan untuk suatu lomba rekayasa foto.


5ghfd 

tre
Photo by Oddity Central

Sayangnya fenomena anggur pelangi ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak tak bertanggungjawab yang mencoba mengambil keuntungan dengan cara menjual benih anggur pelangi yang sebenarnya tidak ada, karena pada akhirnya setelah matang semua anggur akan memiliki warna yang sama tergantung varietasnya.

Nikmati sensasi makan ramen berselimut salju ala Jepang

Ingin mencoba keunikan rasa ramen berselimut salju? Coba saja datang ke kedai Kachikachi Yama yang ada di Maruyama-cho, Toyota-shi, Prefektur Aichi, Jepang. Kedai ini menyajikan ramen 'memandang salju'. Kenapa disebut ramen memandang salju? Sebab makan ramen ini seperti sekaligus memandang puncak gunung yang tertutup salju.

Ramen dengan kuah panas yang mengepul ditimbun dengan busa putih melimpah. Saking melimpahnya sampai ramen di dasar mangkuk tidak terlihat sama sekali. Sebenarnya apa, sih, tumpukan salju yang diletakkan di atas semangkuk ramen itu? Gundukan salju yang menggunung di atas mangkuk ramen itu ternyata cuma terbuat dari putih telur yang dikocok hingga berbusa.

Menurut rekomendasi si pelayan seperti dilaporkan Rocketnews24, pengunjung sebaiknya memakan saljunya dengan menggunakan sendok untuk meraup saljunya. Sementara itu, agar bisa memakan ramen, pengunjung harus membongkar timbunan salju dengan sumpit agar ramen yang ada di bawah timbunan salju tadi bisa diambil dengan mudah.

tyretre

tretr
Photo by Rocketnews24

Tertarik untuk menikmati ramen ini? Kalau Anda bertamasya ke Toyota-shi, datang saja ke Kachikachi Yama. Tetapi pastikan Anda tidak berkunjung ke sana pada hari Senin, ya. Sebab kedai ini tutup setiap hari Senin.

Cahaya Misteri Terangi Laut Pasifik

Sebuah cahaya misteri tertangkap kamera awak pesawat yang sedang melintasi Samudera Pasifik. Cahaya itu berwarna merah oranye dan belum diketahui penyebabnya.


Cahaya Misteri Terangi Laut Pasifik

Cahaya merah itu terlihat berasal dari semenanjung Kamchatka di Rusia dan ditemukan oleh pilot JPC van Heijst dan co-pilotnya.

Kala itu, pesawat yang mereka bawa, Boeing 747-8 sedang melintas di atas semenanjung itu dalam perjalanan dari Hong Kong menuju Anchorage, Alaska. Cahaya itu datang setelah sebuah kilat menyambar lurus ke arah laut.


"Beberapa malam lalu, saat sedang melintasi laut Pasifik, di suatu wilayah di Rusia selatan, semenanjung Kamchatka, saya mengalami hal paling aneh dalam karir terbang saya," kata van Heijst seperti dikutip dari Daily Mail, Rabu 27 Agustus 2014.

Menurut dia, dalam radar pesawatnya tidak ada tanda-tanda petir yang menyambar. Hal ini membuat ia semakin bingung karena dipastikan cahaya kilat yang menyambar itu tidak datang dari badai cuaca.

"Semakin dekat jaraknya, cahaya yang berpancar semakin jelas terlihat. Bayangkan, sebuah cahaya berwarna oranye terlihat di balik awan, di mana seharusnya tidak ada apapun selain air di sana," ujarnya.

Van Heijst memberikan kesimpulannya sendiri. Menurut dia, cahaya yang terpancar dari dalam Laut Pasifik itu kemungkinan adalah lahar yang berasal dari gunung api di dalam laut. Lahar itu bisa jadi telah keluar sekitar 30 menit sebelum mereka terbang tepat di atasnya.

Kesimpulan ini didapat karena sebelumnya mereka mendengar pemberitahuan dari radio bahwa telah terjadi gempa bumi di beberapa wilayah, termasuk Islandia, Chile dan San Fransisco.

Mereka sempat tidak nyaman dengan temuan ini. Pasalnya, tidak ada orang lain yang mampu membuktikan temuannya selain dia dan co-pilot di sebelahnya.

"Kami melaporkan pemandangan yang kami dapat ini ke Air Traffic Control. Kami juga meminta investigasi lebih lanjut terkait kejadian ini, apa itu dan bagaimana itu bisa terjadi. Jika memang karena gempa bumi, dan sebuah dataran baru telah terbentuk akibat erupsi itu, setidaknya dataran itu bisa dinamai sesuai dengan nama saya. Itu bisa jadi sangat keren," kata van Heijst. (VivaNews)